MCCC Gunungkidul; Kumandang adzan di beberapa masjid sudah menggunakan lafal “Shalâtii fii buyûtikum” atau “Shalâtii fii rihaalikum”, seperti dicontohkan pada masa Nabi ketika terjadi hujan, badai dan suhu lingkungan yang sangat dingin. Beberapa masjid lainnya masih adzan dengan lafadz lazimnya. Mengajak dan mengundang untuk menegakkan shalat, tanpa pesan untuk mengamalkannya di rumah masing-masing. Beberapa masjid tinggal diisi oleh Imam, muadzin dan marbot, namun masih banyak pula masjid yang ramai berjamaah dan melaksanakan shalat Jumat.

Dalam hal pertimbangan fiqh, PP Muhammadiyah dan MUI sudah menerbitkan fatwa dan panduan ibadah di masa wabah ini. Kemenag juga telah menerbitkan surat edaran, mengatur tehnisnya. Ternyata di masa informasi mudah menjangkau pedesaan ini, pesan dari Ulama dan Umaro tidak sampai dengan baik. Belum diterima sebagai pesan yang membangun kesadaran.

Untuk sadar dari bahaya yang tidak tampak memang sulit. Kalau saja “novel corona virus 2019” (nCov-19), tampak dan berwarna merah, dan menjadikan orang yang terinfeksi “corona virus disease 2019” (COVID-19) seketika berwarna merah, tentu kita sangat mudah mengetahuinya. Ukurannya yang sangat kecil menjadikannya tak kasat mata. Masa inkubasinya berlangsung lama, empat belas hari dan bisa tanpa gejala. Sudah terlambat ketika kita menyadari saat seseorang di sekitar kita ditegakkan positif COVID-19. Secara berantai, sejak sebelum disadari keberadaannya di suatu tempat, banyak orang sudah terkontaminasi.

Logo Resmi MCC (Muhammadiyah COVID 19 Command Center)
Logo Resmi MCC (Muhammadiyah COVID 19 Command Center)

Hati dan raga yang sudah tertaut dengan Masjid tentu sangat berat menyikapi keadaan ini. Tempat yang selalu menenangkan ruhani dan jasmani, saat ini menjadi sangat rentan menjadi area transmisi COVID-19, sehingga aktivitas di dalamnya dibatasi. Demikian para Ulama Tarjih, kita merasakan deras air mata mereka ketika menuliskan fatwa rujukan itu. Kita bisa merasakan gejolak perasaan dalam setiap kalimat fatwanya. Perasaan tentang ketidakpastian tempat mana yang hendak dijamin aman dari wabah ini, supaya tidak serta-merta memisahkan jiwa-jiwa yang telah tertaut dengan masjid. Gelombang kegelisahan, hendak sampai kapan shaf-shaf sunyi tanpa isi. Kita merasakan beratnya para Ulama menerbitkan fatwa, untuk menjaga kehidupan ummat manusia tetap selamat.

Praktiknya masjid tidak bisa ditutup. Masih diperlukan kumandang adzan sebagai penanda waktu shalat. Setidaknya ada muadzin, marbot, dan imam yang tetap berada di masjid setiap lima waktu. Ketika jama’ah yang tinggal di sekitar masjid sudah menahan diri untuk shalat di rumah, masjid tetap terbuka bagi musafir. Transmisi kontaminasi tidak berhenti. Beberapa titik di masjid yang disentuh dan kontak dengan banyak orang tetap harus dibersihkan, supaya Imam, muadzin dan marbot terjaga dari kontaminasi.

Penyemprotan disinfektan yang dilakukan selama ini, hanya efektif seketika. Setelah area disentuh oleh orang lain, maka saat itu kontaminasi baru sudah dimulai. Upaya kebersihan harus segera dilakukan. Kontaminasi ini dimulai dari droplet atau semburan nafas. Rantai panjang kontaminasi melalui tangan, misal ketika orang yang batuk atau bersin menutup dengan tangan, tanpa dibersihkan bersalaman dengan orang lain atau menyentuh benda di sekitarnya. Terus berantai hingga tangan yang terkontaminasi menyentuh kran masjid, handle pintu masjid, saklar lampu masjid, pegangan tangga di masjid, dan tempat-tempat yang mudah disentuh yang lainnya. Bisa juga secara langsung ketika seorang yang sudah terinfeksi dan tanpa gejala, ikut shalat di masjid, menghembuskan nafas di bentangan lantai yang sama digunakan jama’ah bersujud dan menghirup napas.

Pengamalan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), masih perlu diimbangi dengan upaya menjaga kebersihan secara intensif di titik-titik yang disentuh banyak orang. Bahan yang digunakan untuk membersihkan adalah cairan disinfektan. Sama seperti yang digunakan untuk penyemprotan. Menggunakan larutan Sodium hipochlorite 5.25% yang umumnya didapatkan di warung sebagai cairan pemutih pakaian. Secara sederhana bisa menggunakan alat penyemprot kecil yang biasa digunakan untuk menyemrot bunga atau burung kicauan.

Dengan menggunakan air kran sebanya satu liter atau 1000ml, ditambahkan sebanyak 2 sendok makan Sodium hipochlorite 5.25%. Setelah semuanya larut, semprotkan pada area yang paling sering disentuh banyak orang dengan semburan selembut mungkin, semakin mendekati kabut semakin aman. Kemudian lap dengan kain bersih atau lap arbsorber atau tissue, untuk menghindari korosi pada bahan logam. Sejak awal membuat larutan, hingga mengelap harus menggunakan sarung tangan karet dan masker untuk menjaga keselamatan. Menjaga kulit dari iritasi akibat kontak langsung, dan endapan bahan kimia berbahaya dalam tubuh dalam jangka panjang.

Marbot, atau yang biasa membersihkan masjid, perlu melakukan ini setiap sebelum dan setelah waktu shalat. Sebelum waktu shalat untuk mengantisipasi adanya kontaminasi sebelumnya. Setelah shalat berjamaah untuk membersihkan area setelah digunakan bersama-sama. Dengan upaya ini, diharapkan mampu menutup celah kontaminasi di masjid setelah kita membatasi kehadiran jama’ah, menggulung & menyimpan karpet, melakukan penyemprotan disinfektan, dan rutin mengepel lantai. Termasuk juga adab bersih setiap masuk masjid, dengan cuci tangan menggunakan sabun yang sudah disiapkan di tempat wudhu, berikut dengan petunjuk langkah melakukan cuci tangan itu.

Setelah berikhtiar hingga batas kemampuan dan menahan diri dalam situasi wabah ini, mari bertawakal kepada Allah dengan penuh pengharapan, semoga wabah segera berahir.

Sumber Vektor Health vector created by freepik – www.freepik.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

You May Also Like

Dua Belas Langkah Muhammadiyah

Berikut ini adalah 12 Langkah Muhamamdiyah yang disampaikan oleh Ketua MPK Pimpinan…

Mencegah COVID-19 Dengan Rajin Cuci Tangan

MCCC Gunungkidul; Mencegah COVID-19 Dengan Rajin Cuci Tangan. Organisasi Kesejahteraan Dunia yang…

Tazkiyatun Nafs

Tazkiyatun Nafs pada hakikatnya adalah proses pembersihan jiwa dan hati dari berbagai…

Bagaimana Engkau Menghapus Dosa-dosamu?

Bagaimana engkau menghapus dosa-dosamu? adalah Kajian dari Ustadz Reki Abu Musa. Kajian…