MCCC Gunungkidul; Mencegah COVID-19 Dengan Rajin Cuci Tangan. Organisasi Kesejahteraan Dunia yang dikenal dengan nama WHO, telah menerbitkan panduan mencegah penularan COVID-19 sejak awal wabah ini dimulai di kota Wuhan, dengan menekankan kebiasaan mencuci tangan. Banyak yang heran, dengan informasi yang telah beredar bahwa penyakit yang ditimbulkan menyerupai Pneumonia, yang merupakan penyakit pernapasan, justru tangan yang harus dibersihkan. Terasa kurang nyambung dan remeh.
Jangankan di kalangan awam, dalam dunia medis pun cuci tangan diterima sebagai prosedur perlu waktu seabad sejak dirintis oleh Ignaz Semmelweis, seorang peneliti di Wina Austria, pada tahun 1850-an. Semmelweis mencari jawaban keresahannya sebab kematian ibu melahirkan yang tinggi setelah mengalami demam. Ia menyampaikan bahwa yang menjadi penyebab adalah infeksi silang, dari pasien ke tangan, kemudian tangan ke pasien lain. Setelah seabad menjadi pro-kontra dalam dunia medis, kisaran 1980-an cuci tangan ditetapkan sebagai prosedur dan diajarkan di akademi-akademi kesehatan.
Sedikit wajar bila masyarakat umum yang gegap gempita memasuki revolusi industri 4.0 merasa aneh ketika diajak mencuci tangan untuk mencegah penularan virus yang menyerang organ pernapasan. Dengan kadar pengetahuan dan kecepatan mengakses sumber informasi, diharapkan cuci tangan bisa diterima dan dilakukan dengan penuh kesadaran, tanpa menunggu waktu seabad. Terlebih secara tradisi, pernah dijumpai masa ketika setiap rumah terdapat padasan di depan teras. Dahulu masyarakat Jawa membasuh tangan dan kaki setiap hendak masuk rumah untuk membuang sawan. Kearifan yang menjadi potensi untuk menghidupkan pola hidup bersih di lingkungan kita.
COVID-19 memang menyerang organ pernapasan, secara langsung menular melalui droplet atau semburan. Ketika penderita batuk, bersin, meniup atau berbicara dengan kadar yang lebih kecil, aerosol cipratan dari mulut dan hidung penderita itu mampu melayang beberapa saat. Dalam jarak lontarnya sekitar satu meter, aerosol tidak langsung mendarat. Di saat melayang itu orang lain yang menarik napas atau menghirup bisa langsung memasukkan virus ke dalam jalan napasnya.
Mekanismenya kontak tangan bisa digambarkan pada tiga kejadian. Pertama, ketika orang yang telah terinfeksi menutup dengan tangan saat batuk atau bersin, kemudian berjabat tangan dengan orang lain tanpa membersihkan tangannya. Kedua, melalui batuk atau bersin yang melontarkan droplet hingga mendarat di benda-benda di sekitarnya, kemudian orang lain menyentuh benda-benda itu. Gambaran yang ketiga, yaitu ketika tangan orang yang terinfeksi telah terkontaminasi melalui batuk, bersin atau sentuhan, kemudian digunakan menyentuh suatu benda, dan benda itu disentuh oleh orang berikutnya.
Tiga gambaran itu menunjukkan proses berpindahnya kontaminasi virus ke tangan orang lain. Sehingga ketika orang berikutnya yang telah membawa kontaminasi pada tangannya itu menyentuh muka, meliputi area mata, mulut atau hidung, bahkan menggunakan tangan untuk menutup mulut ketika menguap, maka kontaminasi virus itu masuk ke jalan napas dan siap menginfeksi. Alur ini yang perlu diputus dengan membersihkan tangan dari kontaminasi virus, melalui mencuci tangan.
Cuci tangan harus dilakukan untuk memastikan virus bersih, sehingga tangan aman ketika digunakan beraktivitas dan bekerja. Penelitian menunjukkan metode terbaik membersihkan kontaminasi virus di tangan adalah dengan cuci tangan menggunakan sabun secara merata kemudian di bilas dengan air mengalir. Ada enam langkah gerakan yang perlu dilakukan untuk menjangkau semua permukaan kulit di tangan hingga ke celah-celah terkecil. Diperlukan waktu sekurangnya dua puluh detik untuk melakukan gerakan itu dengan tertib.
Enam langkah gerakan mencuci tangan, secara urut dilakukan dengan;
- Basahi tangan, gosok sabun pada telapak tangan, kemudian usap dan gosok kedua telapak tangan secara lembut dengan arah memutar,
- Usap dan gosok kedua punggung tangan secara bergantian,
- Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih,
- Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci,
- Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian,
- Letakkan ujung jari ke telapak tangan, kemudian gosok perlahan, bilas dengan air bersih dan keringkan.
Cuci tangan harus dilakukan ketika:
- Sebelum makan
- Sebelum masuk rumah
- Setelah menyentuh atau berjabat tangan dengan orang lain
- Setelah menyentuh benda-benda di tempat umum
- Selepas dari toilet
- Setelah kontak dengan hewan
- Setelah mengakses area kotor, misalnya kandang, dan tempat sampah
- Sebelum menyiapkan makanan dan sebelum menyusui
Sabun sangat efektif membersihkan kontaminasi virus. Ada sabun antiseptik yang dijual di warung-warung, itu memang efektif membunuh bakteri, namun cukup sabun mandi biasa untuk membersihkan kontaminasi virus. Sabun antiseptik memiliki zat pembunuh bakteri yang beresiko menjadikan orang resisten, pada penggunaan jangka panjang. Orang yang resisten, tidak bereaksi dengan antibiotik tertentu ketika dia terinfeksi bakteri. Sabun antiseptik lebih tepat digunakan setelah kontak area kotor, misalnya setelah membersihkan kandang ternak atau kontak dengan area pembuangan sampah.
Pada awal hebohnya COVID-19 orang-orang panik memborong hand sanitizer. Sampai pasar mengalami kekosongan stok, dan banyak orang membuat hand sanitizer ramuan sendiri tanpa standar kendali mutu. Efektivitas hand sanitizer untuk membersihkan kontaminasi virus cukup rendah. Jauh bila dibandingkan dengan cuci tangan menggunakan sabun secara merata dan membilasnya dengan air mengalir. Mungkin saja kehebohan ini terjadi dimulai oleh masyarakat perkotaan yang memiliki interaksi dan mobilitas tinggi dan sulit mendapatkan fasilitas cuci tangan. Dalam kondisi seperti yang dialami masyarakat perkotaan, hand sanitizer bisa menolong sementara, dan setelah menemukan fasilitas cuci tangan segera menyempurnakannya.
Keberhasilan menghentikan wabah COVID-19, ditentukan oleh kesungguhan seluruh warga untuk tertib mengamalkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Modal kearifan warisan nenek moyang sangat potensial untuk membantu upaya ini. Memasang instalasi air di depan rumah untuk cuci tangan, atau menyediakan perangkat sederhana sebagai pengganti padasan yang telah punah. Bagi yang mampu,cukup menumbuhkan kesadaran, namun banyak dhuafa yang kesulitan untuk menyediakan perangkat higiene di depan rumah. Mari saling membantu, menutup akses penularan COVID-19 di setiap celah.